Dirjen Vokasi Sebut 95% SMK Pusat Keunggulan Cocok dengan Kurikulum Prototipe
Jakarta – Kurikulum Prototipe terus disosialisasikan ke berbagai SMK di seluruh Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi). Total ada ratusan SMK yang sudah melakukan uji coba terhadap kurikulum ini sejak 2021.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, menyampaikan dari SMK yang sudah menerapkan Kurikulum Prototipe, ada 400-500 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) telah disurvei terkait kecocokan.
“Kita sudah mensurvei juga sekitar 400-500 SMK PK yang sudah menerapkan Kurikulum Prototipe sejak 2021. Ternyata 95% dari SMK PK yang sudah menerapkan itu menyatakan sangat cocok, baik guru dan siswanya,” terangnya dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar dengan tema “Mewujudkan SDM Unggul melalui SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi”, Kamis (13/1/2022).
Wikan juga menyampaikan bahwa kurikulum ini, memiliki keunggulan untuk meningkatkan kompetensi dalam penguatan soft skill hingga leadership.
“(Kurikulum Prototipe) Ini yang akan lebih menguatkan kompetensi tidak hanya hard skill dan technical skill tapi justru platformnya dalam penguatan soft skill, karakter, dan leadership,” katanya.
Meski secara kurikulum SMK PK sudah cocok dengan saat ini, namun Wikan menuturkan bahwa kementerian masih memiliki tantangan untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM).
Misalnya dalam meningkatkan daya saing lulusan vokasi, menurunkan pengangguran, hingga menciptakan lebih banyak pengusaha.
“Kita masih punya PR besar untuk mewujudkan daya saing bangsa khususnya dari Vokasi. Juga meningkatkan SDM bangsa dan menurunkan pengangguran secara signifikan serta meningkatkan entrepreneur. Harus terus push dengan inovasi terbaru agar bisa terus meningkat. Jangan sampai cepat puas,” ucapnya.
Sementara itu, terkait sekolah yang belum menggunakan Kurikulum Prototipe, Wikan menjelaskan bahwa hal itu diserahkan kepada satuan pendidikan.
“Kurikulum prototipe ini kebijakan kementerian tidak mewajibkan. Termasuk di SD, SMP, SMA itu terserah kepala sekolah dan guru-guru. Mau menerapkan kurikulum prototipe atau kurikulum yang lama, kita merdekakan,” jelasnya.
Wikan sendiri sangat mengapresiasi dukungan kepada banyak guru yang sudah memahami kurikulum ini dengan baik dan terus mensosialisasikannya.
Menurutnya, Ditjen Vokasi sangat mendukung apabila ada lebih banyak guru terutama dari SMK PK yang menjelaskan tentang kurikulum prototipe itu lebih simple, lebih adaptif, lebih menguatkan pada substansi, leadership, dan yang lain.
“Kalau dulu kurikulum bikin kamar dan isinya kamar kita tentukan. Kalau sekarang kita desain kamar-kamarnya tapi terserah guru guru yang mengisi kamarnya sesuai konteks lokal yang bisa menjawab pertumbuhan yang terus berubah. Di sinilah kemerdekaan kita serahkan kepada guru dan kepala SMK. Di sana (kurikulum prototipe) juga ada projek penguatan profil pancasila dan budaya kerja. Kurikulum itu syarat dengan projek based learning,” papar Wikan.
Wikan berharap, untuk ke depan, semua pihak harus lebih berani berinovasi dan melakukan terobosan dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik.
“Ini merupakan data capaian tapi kita harus bikin langkah yang lebih hebat. Setiap program 2022 akan ada keterbaruan dan terobosan. Kita sudah lakukan itu sejak 2021. Harus lebih inovatif dan lebih berani membuat terobosan,” tutup Dirjen Vokasi itu.