Jakarta, CNBC Indonesia – Baru-baru ini penelitian National Institute of Communicable Diseases di Afrika Selatan menemukan bahwa orang yang belum divaksin dan terkena virus Omicron, akan lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit parah, rawat inap, hingga meninggal.
Penelitian ini membandingkan 11.609 pasien dari tiga gelombang pertama Covid-19 dengan 5.144 pasien yang terjangkit varian Omicron. Dari perbandingan tersebut, ditemukan bahwa hanya 8 persen pasien dirawat di rumah sakit atau meninggal dalam 14 hari setelah dites positif Covid varian Omicron dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya yang mencapai 16,5 persen.
“Setelah disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, penyakit penyerta dan kecamatan, ada pengurangan bahaya kematian secara substansial di gelombang empat dibandingkan dengan gelombang tiga,” kata studi tersebut dilansir dari NYPOST, Minggu (16/1/2022).
Penelitian lain menyebutkan, risiko varian Omicron yang lebih kecil ini disebabkan oleh karakteristik virus itu sendiri.
“Dalam gelombang varian Omicron, hasil Covid-19 yang parah berkurang sebagian besar karena perlindungan yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya, tetapi virulensi yang berkurang secara intrinsik dapat menyebabkan sekitar 25 persen pengurangan risiko rawat inap atau kematian yang parah dibandingkan dengan Delta, ” kata peneliti.
Studi-studi tersebut juga didukung oleh beberapa studi dari Amerika Serikat yang menemukan bahwa varian Omicron 90 persen lebih kecil kemungkinannya untuk membunuh mereka yang terinfeksi virus Omicron.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk tetap hati-hati terhadap varian Omicron. Saat ini diketahui fatalitas yang tidak tinggi namun memiliki kemampuan penularan yang tinggi.
“Untuk itu Saya mengimbau masyarakat untuk sementara waktu menunda perjalanan luar negeri terutama ke negara yang kasus [Omicron] sedang meningkat, kecuali dalam keadaan mendesak dan dalam jumlah terbatas,” ungkapnya.